Sebuah Konsep Fantasi di dalam Film
Film fantasi lahir dari pengembangan film fiksi yang sudah menunjukkan eksistensi sejak awal sejarahnya. Film fantasi memiliki daya tarik tersendiri karena dapat menembus ruang dan waktu dibandingkan dengan genre yang lain. Film fiksi berkembang dari kreatornya baik dari segi cerita maupun sinematografinya karena film fiksi berada di tengah-tengah kutub: nyata dan abstrak.
Seni film merupakan cabang kesenian berusia muda yang terlaris dengan segala keunikannya. Perkembangan film dari waktu ke waktu semakin mendapat respons positif dari khalayak. Seni film lahir karena adanya kebutuhan untuk menyatakan sesuatu yang berbetuk seni.
Film Fantasi dalam Film |
Film berkembang secara sistematis dan tradisional sesuai dengan ilmu pengetahuan yang menyertainya. Pergerakan globalisasi telah berhasil membangun suatu sistem informasi yang mampu memengaruhi perkembangan budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Selain semakin banyaknya layar bioskop yang bermunculan dibarengi dengan peningkatan kualitas yang semakin mumpuni dan memiliki tingkat daya saing yang ketat, salah satu indikator adanya perkembangan tersebut dapat dilihat dari banyaknya genre film yang semakin berkembang. Perkembangan genre diperoleh dari kreativitas filmmaker yang bisa mengolah ide menjadi film-film bergenre baru atau mengembangkan satu genre tertentu dengan ide-ide baru sehingga menghasilkan sensasi menonton yang berbeda.
Film fantasi merupakan salah satu genre film yang memberikan ruang yang luas bagi filmmaker untuk mengembangkan kreativitas. Hal tersebut dikarenakan film fantasi dapat menembus dimensi ruang dan waktu tidak terbatas.
Dalam perkembangannya film fantasi sudah memiliki penggemarnya tersendiri karena dapat menghadirkan sensasi-sensasi menonton film yang berbeda yang tidak bisa ditemui dalam dunia nyata.
Metode penelitian yang digunakan adalah analisis genre yang di dalamnya memuat enam unsur, yaitu setting, lokasi, ikonografi, peristiwa-peristiwa naratif, karakter-karakter, dan struktur plot. Fantasi adalah imajinasi atau khayalan mengenai sesuatu yang benar-benar tidak ada dan tidak terjadi berdasarkan pengalaman yang sudah ada atau pernah dialami.
Fantasi dalam film merujuk pada sifat film, yaitu bagaimana pembuat film berimajinasi menciptakan dunia baru di luar nalar manusia dan bukan bagaimana tokoh berfantasi dalam cerita. Fantasi dalam film akan mengerucut pada penyebutan dengan label “film fantasi”.
Film fantasi merujuk pada film yang berhubungan dengan unsur magis, mitos, negeri dongeng, imajinasi, halusinasi, serta alam mimpi yang di dalamnya memuat pedang sakti, mantera gaib, naga, raksasa, kuda terbang, karpet terbang, dewa-dewi, penyihir, jin, serta peri adalah yang sering kali muncul dalam film fantasi.
Dalam dua dekade belakangan ini, film fantasi semakin menunjukkan eksistensinya dengan menduduki film-film box office terbaik di dunia. Keberhasilan film fantasi dibuktikan dengan dibuatnya film-film sekuel, seri, dan remake.
Komponen
Film fantasi merupakan genre yang unik karena dapat dikombinasi dengan genre-genre yang lain tanpa terkecuali dan dapat dikembangkan secara luas tidak terbatas. Secara umum fantasi dalam film memungkinkan memuat hal-hal imajinasi fiktif yang tidak dapat diterima nalar.
Penonton akan mendapatkan hal-hal baru yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. Semakin tinggi daya imajinasi pembuat film, semakin kuat pula daya tarik sebuah film. Hal tersebut dikarenakan film fantasi memuat unsur-unsur dengan karakteristik yang berbeda dengan film-film yang lain.
Ketika sebuah film fantasi memiliki satu unsur dalam pembuatan filmnya, maka sudah dikatakan sebagai film fantasi. Unsur atau komponen yang dilihat berasal dari unsur naratif dan sinematik pembuatan film yang di dalamnya memuat ide cerita, karakter, dan latar dalam sebuah film.
Ketiga unsur tersebut adalah komponen pembentuk film fantasi yang bersifat fiktif dan imajinatif. Film fantasi tidak harus memenuhi ketentuan keseluruhan unsur bersifat fiktif dan imajinatif, namun jika sebuah film memiliki satu komponen bersifat fiktif dan imajinatif sudah dapat disebut film fantasi.
Cerita Fiktif
Film fiksi seringkali menggunakan cerita rekaan di luar kejadian nyata serta memiliki konsep adegan yang telah dirancang sejak awal; terikat plot; struktur cerita film fiksi juga terikat hukum kausalitas (sebabakibat); pengklasifikasian tokoh-tokohnya juga memiliki karakter protagonis dan antagonis; adanya masalah dan konflik; penutupan; serta pola pengembangan cerita yang jelas.
Film fiksi berada di tengah-tengah kutub: nyata dan abstrak, seringkali memiliki tendensi ke salah satu kutubnya, baik secara naratif maupun sinematik (Pratista, 2008). Ide ceritanya tidak berdasarkan kenyataan bersifat imajiner, yaitu karangan fiksi yang tidak masuk akal.
Ide cerita juga sering dikaitkan dengan cerita-cerita fiksi ilmiah, petualangan, supernatural, dan horor. Ide cerita merupakan kunci awal keberhasilan sebuah film. Tidak jarang penonton akan membaca sinopsis beberapa film sebelum memutuskan untuk melihat sebuah film. Oleh karena itu, ide film yang menarik dipadukan dengan desain poster dan trailer film yang kreatif akan menggiring penonton untuk memilih sebuah film.
Dalam kasus film fantasi, pembuat film akan berlomba mengembangkan dan menghadirkan ide-ide yang belum terpikirkan sebelumnya sehingga penonton seakan-akan terbawa dalam dunia baru di luar kehidupan nyata.
Karakter Fiktif
Karakter tokoh dalam film merupakan hasil imajinasi kreatornya. Biasanya karakter tersebut merupakan karakter nonmanusia seperti karakter binatang, makhluk luar angkasa, monster, robot, dan karakter nonfisik seperti hantu, arwah, dan hologram.
Namun, tidak menutup kemungkinan karakter utamanya adalah seorang manusia pada umumnya. Untuk membentuk konsep fantasi ini karakter manusia (nonfiktif) tersebut akan berinteraksi dengan komponen yang lain. Film fantasi merupakan layar (screen) yang menjadi sekat tameng seseorang dari pertemuan dengan the real – di sisi lain, secara mendasar fantasi (seperti yang disebut Freud: fundamental fantasy) yang menyediakan koordinasi dasar kemampuan seseorang untuk berhasrat (to desire) – tidak akan pernah disubjektifkan dan terepresi agar dapat berfungsi.
Simpulan
Sebuah film yang bersifat fantasi pasti memiliki cerita yang fiktif. Penggunaan karakter fiktif dan latar imajinatif dapat digunakan keseluruhan secara bersamaan atau memilih salah satu komponen di antaranya.
Artinya fantasi dalam film dapat menggunakan tiga komponen sekaligus atau memilih di antaranya disesuaikan dengan dunia baru yang ingin diciptakan. Perbedaan yang menonjol dalam konsep fantasi dibandingkan dengan ciri-ciri film fiksi bukan fantasi terdapat dalam cerita. Cerita yang digunakan dalam film fantasi adalah cerita yang tidak masuk akal dan tidak dapat dibuktikan kebenarannya pada masa lalu, sekarang, ataupun masa depan.