Mengelola Koleksi Lukisan di Museum Istana Kepresidenan Yogyakarta
Ketika Belanda mencoba kembali untuk menjajah bangsa Indonesia dengan menguasai Jakarta pada 1946, Sukarno Sukarno memboyong sang istri Fatmawati, anak pertama Guntur Sukarno, dan orang tua Fatmawati. Ibu Kota Republik Indonesia resmi berpindah dari Jakarta ke Yogyakarta dan menjadi pusat Pemerintahan Indonesia yang belum genap berusia lima bulan pada 4 Januari 1946.
Sejak para seniman bermigrasi ke Yogyakarta, seni dan budaya tumbuh secara signifikan, terutama bidang seni rupa. Pada tahun 1946, para pelukis seperti Affandi, Rusli, Hendra Gunawan, dan Harijadi S. membentuk Sanggar Masyarakat, dan disusul S. Sudjojono bersama Seniman Indonesia Muda (SIM) pada tahun 1948.
Sukarno juga sering mengundang para pelukis dan seniman untuk berdiskusi seputar masalah kesenian di pendopo belakang Gedung Agung (Istana Kepresidenan Yogyakarta). Setelah itu, lahirlah perguruan tinggi seni rupa Indonesia yang bernama ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia) diresmikan pada 15 Desember 1949. Banyak karya-karya besar yang lahir dari seniman-seniman besar di ASRI dan kota ini.
lukisan di museum istana kepresidenan yogya |
Hal yang paling menarik dari Istana Presiden adalah pengelolaan koleksinya. Istana Presiden menjadi museum terbaik yang mempunyai artefak bagi bangsa ini, memuat sejarah perjuangan merebut kemerdekaan hingga sejarah perkembangan seni rupa Indonesia berada di Istana Presiden yang tersebar di enam tempat tersebut.
Pengkajian mengenai pengelolaan koleksi seni lukis Istana Kepresidenan dinilai sangat penting untuk mengetahui sejauh mana proses pemeliharaan artefak yang mempunyai sejarah penting bangsa ini. Selain itu bertujuan mengetahui pesan-pesan untuk menyebarkan informasi atau nilai kesenian dan kebudayaan dari artefak seni koleksi Istana Kepresidenan kepada publik.
Rasa keingintahuan mengenai aspek pengelolaan koleksi seni Museum Istana Kepresidenan menjadi alasan yang mendasar pada penelitian ini.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dikemukakan adalah apa sajakah hal-hal yang terkait dengan pengelolaan lukisan-lukisan koleksi Museum Istana Kepresidenan Republik Indonesia Yogyakarta?
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Di bagian sisi selatan gedung Istana Kepresidenan Yogyakarta pada 4 Juni 1822 didirikan sebuah bangunan sebagai “Societiet de Vereeniging Yogyakarta”. Pemerkasa pembangunan adalah Luitenant de Terria dan Sri Sultan Hamengku Buwono IV sebagai pelindung sekaligus penyedia tanahnya.
Pada masa penjajahan Hindia-Belanda gedung ini berfungsi sebagai tempat hiburan seperti musik, opera, pesta minuman, dan tempat bermain billiard bagi kalangan masyarakat sipil maupun Militer Belanda. Masyarakat menyebutnya sebagai “Kamar Bola” atau “Gedung Jenewer”. Gedung ini direnovasi, antara lain pada 1864 dan 1915.
Istana Kepresidenan Yogyakarta terletak di pusat keramaian kota, tepatnya di selatan Jalan Ahmad Yani, kini nama jalan dikembalikan seperti sejarahnya yakni Jalan Margo Mulyo. Lokasinya tepat di jantung ibukota Daerah Istimewa Yogyakarta, persis di sudut barat laut Titik Nol Kilometer Yogyakarta.
Meskipun dibuka untuk umum, pihak museum tidak menargetkan kunjungan yang banyak, hal ini disebabkan museum masih di bawah naungan atau kompleks Istana Kepresidenan Yogyakarta, belum berdiri sendiri seperti Museum Balai Kirti yang berada di Istana Kepresidenan Bogor.
Koleksi Lukisan
Adapun proses pengumpulan koleksi pada Museum Istana Kepresidenan Yogyakarta menggunakan beberapa cara akuisisi koleksi. Sebagian besar koleksi Istana Negara, khususnya Museum Istana Kepresidenan Yogyakarta berasal dari peninggalan atau warisan para Presiden Indonesia yang menjabat pada saat itu.
Koleksi tersebut didapatkan dengan cara pembelian secara pemesanan, maupun pembelian langsung dari sanggar ataupun pameran-pameran, pertukaran dan pemberian dari seniman atau pihak luar (pemimpin negara, tamu kenegaraan, dan masyarakat).
Pengoleksian benda-benda seni dimulai pada masa pemerintahan Presiden Ir. Sukarno, ia adalah seorang connoisseur dan sekaligus kolektor benda-benda seni yang sejati. Berbagai karya seni yang bermutu dari seniman-seniman ternama Indonesia maupun mancanegara yang menghiasi istana saat ini, merupakan koleksi yang dikumpulkannya ketika menjadi presiden pertama Republik Indonesia sejak kemerdekaan 1945 hingga 1966.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Museum Istana Kepresidenan Yogyakarta tentang pengelolaan koleksi lukisan, dapat disimpulkan dalam beberapa hal:
- Struktur organisasi pengelolaan di museum berada dalam taraf baik, dilihat dari hasil pengelolaan koleksi yang baik, dari segi penyajian, pemeliharaan dan pengamanan. Di sisi lain dalam struktur organisasi museum tidak memiliki keorganisasian seperti organisasi museum yang lain, seperti memiliki kepala museum dan jajarannya. Museum hanya memiliki pengelola, hal ini