Tujuan Seni Sastra

Tujuan seni sastra

Tujuan Pembelajaran Apresiasi Sastra Menurut Para Ahli

Berbicara tentang tujuan pembelajaran sastra, Rusyana menyatakan bahwa "tujuan pembelajaran sastra adalah untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang sastra". Tujuan untuk memperoleh pengalaman dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan memperoleh pengalaman dalam mengapresiasi sastra, dan tujuan memperoleh pengalaman dalam berekspresi sastra. 

Di dalam penjelasan yang dikemukakan di atas, terlihat adanya tujuan yang bersifat ekspresi. Tujuan berekspresi di dalam pembelajaran apresiasi akan memperkuat perolehan pengalaman apresiasi. Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa tujuan-tujuan itu bergantung satu sama lain dan saling memperkuat pemerolehannya. Hal ini ditunjukkan juga di dalam GBPP, seperti telah Anda baca cuplikannya pada subbab sebelumnya. 

Adapun yang termasuk ke dalam pengetahuan sastra adalah teori sastra termasuk teori apresiasi sastra, sejarah sastra, kritik sastra, dan esai sastra, halhal yang berhubungan dengan kehidupan kesenian lain yang tumbuh sejalan dengan sastra, serta pertalian sastra dengan kehidupan. Termasuk ke dalam kegiatan apresiasi sastra adalah kegiatan yang berhubungan langsung dengan karya sastra. Umpamanya membaca karya sastra, mendengarkan karya sastra, dan menonton pementasan sastra. Semuanya dilakukan dengan sungguh-sungguh. Hal ini telah dibicarakan pada uraian Kegiatan Belajar 1. Kegiatan lain yang termasuk tujuan pembelajaran sastra adalah kegiatan ekspresi sastra. Kegiatan ini, berupa membacakan karya sastra, bercerita, mengarang, dan memerankan drama. Ketiga kegiatan tersebut bertalian satu sama lain dan saling menguatkan. Hal ini berarti, jika kita membaca karya sastra kemudian diperkuat dengan membaca teori yang membahas hal tersebut maka apresiasi kita akan lebih mendalam. Terlebih jika diteruskan dengan kegiatan ekspresi berupa menulis karya sastra atau kritik sastra misalnya. Itulah tentang tujuan pembelajaran sastra yang terdiri dari tujuan memperoleh pengetahuan dan pengalaman sastra. 

Tujuan Pendidikan Nasional

Masih berbicara tentang tujuan pembelajaran. Tampaknya kita juga perlu meneliti tujuan pendidikan nasional. Hal ini perlu dilakukan agar pembelajaran yang kita lakukan juga mengarah ke pencapaian tujuan nasional tersebut. Oleh karena itu, kita perlu senantiasa menjadikan salah satu pertimbangan dalam merumuskan tujuan. Mengapa demikian? Semua tujuan pembelajaran bermuara pada tujuan pendidikan nasional. Anda masih ingat rumusannya? Bagus jika masih ingat. Bagi Anda yang perlu membaca kembali tujuan pendidikan nasional tersebut, saya cantumkan di bawah ini. 

"Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman, dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan". 

Mampukah pembelajaran apresiasi sastra mencapai tujuan pendidikan nasional? Tentu saja. Jika karya sastra yang dijadikan bahan pembelajaran mengandung nilai-nilai yang dapat mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya dan proses pembelajarannya memungkinkan siswa memungut nilainilai tersebut dan menerapkannya di dalam kehidupan. Selain itu, tujuan tersebut perlu dirumuskan lagi menjadi tujuan yang lebih khusus. Setiap Guru tentu sudah biasa membuat tujuan khusus pembelajaran ini. Hal yang perlu diingat dalam merumuskan tujuan khusus itu kita perlu senantiasa memperhitungkan hakikat apresiasi sastra itu sendiri. Seperti telah Anda pelajari pada kegiatan belajar 1, bahwa di dalam apresiasi terjadi proses pengenalan, pemahaman, penghayatan, dan penerapan. Oleh karenanya, di dalam merumuskan tujuan khusus pun perlu mengangkat aspek-aspek tersebut. Selain itu, tujuan pembelajaran khusus ini harus dapat diukur keberhasilannya. Berbicara tentang ukuran keberhasilan, mungkin Anda bertanya bagaimana mengukur tercapai tidaknya aspek sikap. Hal ini memang agak sukar dibanding dengan mengukur ketercapaian aspek pengetahuan. Namun demikian, tidak berarti tidak mungkin untuk dilakukan. Mengukur aspek tujuan yang berhubungan dengan sikap, dapat dilihat dari indikator-indikator yang ditampakkan pada saat dan setelah belajar.
 Umpamanya;
1.  siswa menyatakan menyenangi karya sastra; 
2.  siswa ikut serta dalam diskusi sastra; 
3.  siswa mengumpulkan artikel-artikel sastra;  
4.  siswa menyatakan merasa lebih baik setelah membaca karya sastra;  
5.  siswa menyatakan bahwa setelah membaca sastra tertentu ia menjadi tidak boros lagi.
Itulah contoh indikator yang dapat digunakan sebagai ukuran tercapai tidaknya tujuan yang berhubungan dengan sikap atau aspek penerapan. Anda dapat membuat ukuran lain yang sesuai dengan nilai yang terdapat di dalam merumuskan tujuan khusus. Anda dapat menggunakan kata kerja berikut ini. Menerima, menyumbangkan, mengunjungi, berusaha, menghargai, ikut serta, dengan sukarela. 
Umpamanya;
1. siswa dengan suka rela mengerjakan tugas yang diberikan;  
2. siswa menyumbangkan pendapat dalam diskusi sastra; 
3. siswa mengunjungi acara penyerahan anugerah sastra;
4. siswa berusaha mencari buku puisi terbitan terbaru; 
5. siswa menghargai jerih payah orang lain; 
6.  siswa menerima pendapat orang lain.
Begitulah, tujuan yang berupa sikap itu diukur. Sikap atau penerapan hasil apresiasi sastra itu, dapat berupa sikap yang baik terhadap sastra itu sendiri maupun sikap yang berhubungan dengan kehidupan nyata. Sikap ini merupakan penerapan dari nilai-nilai yang baik yang dipungut dari karya sastra. Sikap yang terukur dapat berupa menyatakan, merasa lebih tegar menghadapi hidup, atau merasa senang. 

Rangkuman mudahnya seperti berikut,

Pembelajaran apresiasi sastra bertujuan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Yang termasuk dalam pengetahuan sastra adalah teori sastra (termasuk tentang apa dan bagaimana mengapresiasi sastra), sejarah sastra, kritik sastra, dan esai sastra, serta hal-hal yang berhubungan dengan kesenian lain yang tumbuh sejalan dengan sastra dan juga pertalian antara sastra dengan kehidupan. Yang termasuk keterampilan sastra adalah keterampilan mengapresiasi sastra dan berekspresi sastra. Kegiatan yang termasuk ke dalam mengapresiasi sastra adalah membaca karya sastra, mendengarkan karya sastra, menonton pementasan sastra. Kegiatan yang termasuk ke dalam ekspresi sastra adalah bercerita, membacakan sastra, memerankan drama, menciptakan/menulis karya sastra. Tujuan memperoleh sikap yang baik terhadap karya sastra maupun kehidupan merupakan hasil nyata dari mengapresiasi sastra setelah menemukan nilai-nilai yang terkandung di dalam karya sastra. 

Tujuan pembelajaran sastra senantiasa terkait dengan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman, dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Tujuan pembelajaran yang bersifat umum perlu dirumuskan kembali menjadi rumusan tujuan yang lebih khusus, yaitu tujuan pembelajaran khusus. Rumusan tujuan pembelajaran khusus harus dapat diukur keberhasilannya. Mengukur pemerolehan sikap dapat dilakukan dengan mengamati indikator yang ditampakkan pembelajar. Kata kerja untuk rumusan pemerolehan sikap, antara lain menerima, menyumbangkan, mengunjungi, menghargai, ikut serta dengan sukarela.

Yaaaah itulah beberapa tujuan yang dapat kami berikan. Semoga bermanfaat :)

Baca Juga :



Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel